Tadi malam
sepupu saya, Ka Salim dari Kandangan, Kabupaten HSS datang untuk menginap ke
rumah, karena besok pagi-pagi sekali Ka Salim harus terbang menuju Riau. Kebetulan rumah saya tidak jauh dari bandara
Syamsudin Noor dibandingkan dengan rumah beliau yang harus menempuh perjalanan
sekitar 3 jam bahkan lebih. Seperti biasa
keluarga saya di Kandangan selalu membawakan buah tangan apabila datang
bertandang ke rumah, oleh-oleh yang paling kami gemari adalah buah-buahan yang
kadang jarang ditemui di Banjarbaru dan sekitarnya. Kali ini Ka Salim membawakan kami Rambutan
dan Manggis. Dibandingkan rambutan,
manggis memang tidak begitu banyak, karena memang sekarang tanaman manggis
sendiri hampir punah di daerah Kalimantan Selatan pada umumnya. Saya ingin menjabarkan manfaat manggis,
tetapi saya pikir sudah begitu banyak keterangan-keterangannya yang dapat
diakses melalui media baik konvensional maupun di dunia maya.
Kaka laki-laki
saya yang saya panggil Abang tiba-tiba bergumam sebelum mengupas manggis,
katanya manggis adalah salah satu buah yang jujur. Saya kemudian ingin mengembangkannya dalam
tulisan saya kali ini tentang beberapa falsafah yang menurut saya begitu
membekas untuk saya pribadi.
1.
Kejujuran
Kalau kita
perhatikan buah manggis secara utuh sebelum dikupas, pada bagian bawah buah
yang berseberangan dengan tangkai buah kita akan melihat ada bagian yang
menempel seperti kelopak (terus terang saya belum dapat apa itu namanya). Survey membuktikan banyaknya kelopak di bawah
buah tersebut murni menunjukan jumlah segmen buah manggis di dalamnya. Segmen yang dimaksud adalah bagian buah
manggis yang
diselimuti oleh aril (salut biji) berwarna putih (kadang-kadang transparan) , empuk
dan mengandung sari buah yang biasanya dimakan segar. Jadi sebelum kita membuka buah manggis
tersebut kita sudah tahu berapa jumlah buah di dalamnya dengan melihat jumlah
kelopak yang menempel di bawah buah tersebut.
Hal inilah kenapa buah Manggis sering disebut sebagai buah yang
melambangkan kejujuran dan keterbukaan, karena apa yang ada di luar kulit
merupakan ekspresi yang memang ditunjukkan dari dalamnya, bukan sebuah
kemunafikan. Manusia yang seperti
manggis akan berkata dan berbuat selaras dengan Apa yang ada di perasaan dan pikirannya.
2.
Mengupas
Kepahitan
Berbicara masalah
manggis saya juga teringat almarhum pimpinan pondok saya Pa Syahrani dulu
ketika mengenyam pendidikan SMP dan SMA di Pon Pes Putri Ibnu Mas’ud Kandangan. Beliau selalu berkata manggis merupakan salah
satu buah yang tidak disenangi oleh ‘hirangan’ (lutung dalam bahasa banjar);
karena memang di sekeliling pondok kami ditumbuhi oleh perkebunan karet rakyat
yang tiap sore pasti ada beberapa dari spesies monyet tersebut yang
bergelantungan. Alasannya adalah ‘hirangan’
tidak tahu cara membuka manggis, mereka mengira buah manggis dapat langsung
dimakan tanpa dikupas sehingga hirangan terlebih dulu merasakan kepahitan dari
kulit manggis tersebut dan langsung membuangnya. Hirangan tidak tahu kalau sebenarnya dibalik
pahitnya kulit manggis yang cukup tebal tersebut mengandung sari buah yang
sangat empuk, segar, dan sehat.
Kehidupan seperti
buah manggis, menyimpan kemanisan yang luar biasa meski harus didahului dengan
kepahitan yang tiada terkira. Bahkan dalam
Al-Qur’an juga telah diulang dua kali dalam surat Al-Insyirah :”Inna ma’al ‘usri
yusroo”. Sesungguhnya selalu bersama kesusahan pasti akan
datang kemudahan. Hanya saja sebagian
besar manusia banyak seperti hirangan yang menyerah terhadap manggis, kecuali
orang-orang yang mau berpikir dan mengambil pelajaran dalam segala kejadian
yang dia alami.
3.
Kulit Yang Tak
Terbuang
Kacang lupa kulitnya, itu
hampir sama dengan manggis. Tetapi berbeda
dengan kulit kacang, kulit manggis belakangan ini sudah mendapatkan tempat di
hati masyarakat dunia sebagai kulit yang istimewa karena beberapa hasil penelitian ilmiah menyebutkan bahwa kulit buah
Manggis sangat kaya akan anti-oksidan, terutama xanthone, tanin, asam fenolat
maupun antosianin. Dalam kulit buah Manggis juga mengandung air sebanyak
62,05%, lemak 0,63%, protein 0,71%, dan juga karbohidrat sebanyak 35,61%. Kalau saya terangkan manfaat dari setiap
komponen biokimia ini tentu tulisan saya ini menjadi tidak ringkas, tetapi
setiap komponen yang kita tahu sangat bermanfaat untuk kesehatan manusia. Sehingga setiap orang harus sadar jika
sekarang kita menjadi buah, maka jangan pernah remehkan orang-orang yang
dianggap menjadi kulit di masyarakat. Manusia
hidup tak selamanya berada pada suatu kemuliaan dan kehinaan, sehingga saat
mulia kita jangan remehkan orang hina, dan saat hina kita jangan dengki terhadap
yang mulia. Seperti buah manggis dan
kulitnya yang sekarang tak lagi jadi pilihan tetapi keduanya merupakan
kebutuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar