ANTIK'$ CoMe to p34Ce

The kwarter irrigation

The kwarter irrigation
Sungai rangas, Martapura

Falsafah Manggis (Garcinia mangostana L.)


Tadi malam sepupu saya, Ka Salim dari Kandangan, Kabupaten HSS datang untuk menginap ke rumah, karena besok pagi-pagi sekali Ka Salim harus terbang menuju Riau.  Kebetulan rumah saya tidak jauh dari bandara Syamsudin Noor dibandingkan dengan rumah beliau yang harus menempuh perjalanan sekitar 3 jam bahkan lebih.  Seperti biasa keluarga saya di Kandangan selalu membawakan buah tangan apabila datang bertandang ke rumah, oleh-oleh yang paling kami gemari adalah buah-buahan yang kadang jarang ditemui di Banjarbaru dan sekitarnya.  Kali ini Ka Salim membawakan kami Rambutan dan Manggis.  Dibandingkan rambutan, manggis memang tidak begitu banyak, karena memang sekarang tanaman manggis sendiri hampir punah di daerah Kalimantan Selatan pada umumnya.  Saya ingin menjabarkan manfaat manggis, tetapi saya pikir sudah begitu banyak keterangan-keterangannya yang dapat diakses melalui media baik konvensional maupun di dunia maya.
Kaka laki-laki saya yang saya panggil Abang tiba-tiba bergumam sebelum mengupas manggis, katanya manggis adalah salah satu buah yang jujur.  Saya kemudian ingin mengembangkannya dalam tulisan saya kali ini tentang beberapa falsafah yang menurut saya begitu membekas untuk saya pribadi.

1.      Kejujuran
Kalau kita perhatikan buah manggis secara utuh sebelum dikupas, pada bagian bawah buah yang berseberangan dengan tangkai buah kita akan melihat ada bagian yang menempel seperti kelopak (terus terang saya belum dapat apa itu namanya).  Survey membuktikan banyaknya kelopak di bawah buah tersebut murni menunjukan jumlah segmen buah manggis di dalamnya.  Segmen yang dimaksud adalah bagian buah manggis yang diselimuti oleh aril (salut biji) berwarna putih (kadang-kadang transparan) , empuk dan mengandung sari buah yang biasanya dimakan segar.  Jadi sebelum kita membuka buah manggis tersebut kita sudah tahu berapa jumlah buah di dalamnya dengan melihat jumlah kelopak yang menempel di bawah buah tersebut.  Hal inilah kenapa buah Manggis sering disebut sebagai buah yang melambangkan kejujuran dan keterbukaan, karena apa yang ada di luar kulit merupakan ekspresi yang memang ditunjukkan dari dalamnya, bukan sebuah kemunafikan.  Manusia yang seperti manggis akan berkata dan berbuat selaras dengan Apa yang ada di perasaan dan pikirannya.
2.      Mengupas Kepahitan
Berbicara masalah manggis saya juga teringat almarhum pimpinan pondok saya Pa Syahrani dulu ketika mengenyam pendidikan SMP dan SMA di Pon Pes Putri Ibnu Mas’ud Kandangan.  Beliau selalu berkata manggis merupakan salah satu buah yang tidak disenangi oleh ‘hirangan’ (lutung dalam bahasa banjar); karena memang di sekeliling pondok kami ditumbuhi oleh perkebunan karet rakyat yang tiap sore pasti ada beberapa dari spesies monyet tersebut yang bergelantungan.  Alasannya adalah ‘hirangan’ tidak tahu cara membuka manggis, mereka mengira buah manggis dapat langsung dimakan tanpa dikupas sehingga hirangan terlebih dulu merasakan kepahitan dari kulit manggis tersebut dan langsung membuangnya.  Hirangan tidak tahu kalau sebenarnya dibalik pahitnya kulit manggis yang cukup tebal tersebut mengandung sari buah yang sangat empuk, segar, dan sehat.
Kehidupan seperti buah manggis, menyimpan kemanisan yang luar biasa meski harus didahului dengan kepahitan yang tiada terkira.  Bahkan dalam Al-Qur’an juga telah diulang dua kali dalam surat Al-Insyirah :”Inna ma’al ‘usri yusroo”.  Sesungguhnya selalu bersama kesusahan pasti akan datang kemudahan.  Hanya saja sebagian besar manusia banyak seperti hirangan yang menyerah terhadap manggis, kecuali orang-orang yang mau berpikir dan mengambil pelajaran dalam segala kejadian yang dia alami.
3.      Kulit Yang Tak Terbuang
Kacang lupa kulitnya, itu hampir sama dengan manggis.  Tetapi berbeda dengan kulit kacang, kulit manggis belakangan ini sudah mendapatkan tempat di hati masyarakat dunia sebagai kulit yang istimewa karena beberapa hasil penelitian ilmiah menyebutkan bahwa kulit buah Manggis sangat kaya akan anti-oksidan, terutama xanthone, tanin, asam fenolat maupun antosianin. Dalam kulit buah Manggis juga mengandung air sebanyak 62,05%, lemak 0,63%, protein 0,71%, dan juga karbohidrat sebanyak 35,61%.  Kalau saya terangkan manfaat dari setiap komponen biokimia ini tentu tulisan saya ini menjadi tidak ringkas, tetapi setiap komponen yang kita tahu sangat bermanfaat untuk kesehatan manusia.  Sehingga setiap orang harus sadar jika sekarang kita menjadi buah, maka jangan pernah remehkan orang-orang yang dianggap menjadi kulit di masyarakat.  Manusia hidup tak selamanya berada pada suatu kemuliaan dan kehinaan, sehingga saat mulia kita jangan remehkan orang hina, dan saat hina kita jangan dengki terhadap yang mulia.  Seperti buah manggis dan kulitnya yang sekarang tak lagi jadi pilihan tetapi keduanya merupakan kebutuhan.

Tidak ada komentar: